Rindu Soal Apa?
Dulu kau yang paling khawatir rambutku terus rontok. Kau khawatir jika sesuatu yang buruk itu akan datang padaku. Semua itu karena trauma kita yang sama. Penyakit yang membuat orang-orang yang dicinta pergi dalam keabadian ilahi.
Sejujurnya aku tidak menyukai rambut yang begitu panjang, tapi kau punya pemikiran lain bahwa itu menambah kecantikan dalam diriku. Aku menyukai senyuman yang memberikan kepercayaan bahwa rasa beruntung ada kamu.
Kamu melengkapiku saat itu.
Jauh pandanganku tentang kita yang gugur dan semi yang mengharum. Rasanya semua baik-baik saja selagi kau ada. Sampai akhirnya ragu menggoyahkanku, bahwa cinta tidak sepatutnya berpihak pada kita yang berdasar lemah.
Kupikir menjagamu adalah hal yang mudah, tetapi itu lari dari hakikat wanita yang harus dilindungi. Semua perlahan berjalan tak searah, saling menangis, dan menyerah dalam diam. Menjauh tak ingin, menetapun enggan. Semua langkah rasanya mulai berat dan berjalan tak searah.
Kamu pemikir dan aku yang perasa.
Mudah bukan untuk saling menghancurkan atas dasar rasa?
Pahit kala itu, namun ingin luluh bersama sekali lagi. Waktu yang tak juga berpihak pada kebaikan. Aku menyerah, kamu berpasrah, dan kita mulai sadar bahwa keyakinan cinta abadi benar tidak ada.
Maka, hari dimana kepergian itu milikmu. Aku memangkas setiap helai rambut yang kian rontok. Aku tidak ingin tampak cantik dihadapan siapapun, karena kaupun telah pergi sejak itu. Semua tidak ada arti lagi bukan? Tapi setiap helaian rambut jatuh. Tetap membiarkan ingatan indah itu datang. Apakah pertanda bahwa aku rindu padamu?
Sejujurnya aku tidak menyukai rambut yang begitu panjang, tapi kau punya pemikiran lain bahwa itu menambah kecantikan dalam diriku. Aku menyukai senyuman yang memberikan kepercayaan bahwa rasa beruntung ada kamu.
Kamu melengkapiku saat itu.
Jauh pandanganku tentang kita yang gugur dan semi yang mengharum. Rasanya semua baik-baik saja selagi kau ada. Sampai akhirnya ragu menggoyahkanku, bahwa cinta tidak sepatutnya berpihak pada kita yang berdasar lemah.
Kupikir menjagamu adalah hal yang mudah, tetapi itu lari dari hakikat wanita yang harus dilindungi. Semua perlahan berjalan tak searah, saling menangis, dan menyerah dalam diam. Menjauh tak ingin, menetapun enggan. Semua langkah rasanya mulai berat dan berjalan tak searah.
Kamu pemikir dan aku yang perasa.
Mudah bukan untuk saling menghancurkan atas dasar rasa?
Pahit kala itu, namun ingin luluh bersama sekali lagi. Waktu yang tak juga berpihak pada kebaikan. Aku menyerah, kamu berpasrah, dan kita mulai sadar bahwa keyakinan cinta abadi benar tidak ada.
Maka, hari dimana kepergian itu milikmu. Aku memangkas setiap helai rambut yang kian rontok. Aku tidak ingin tampak cantik dihadapan siapapun, karena kaupun telah pergi sejak itu. Semua tidak ada arti lagi bukan? Tapi setiap helaian rambut jatuh. Tetap membiarkan ingatan indah itu datang. Apakah pertanda bahwa aku rindu padamu?
Komentar
Posting Komentar