Hanya Soal Waktu

Aku mulai kembali, berada dijalan yang ingin aku hindari. Meskipun aku tahu akan berada dalam tantangan, aku ingin terus mencoba. Siapa tahu... Pertemuan itu nyata dengan manusia baik.

Beribu manusia diciptakan, milyaran karakter dipilih para tokoh dalam sandiwara semesta. Tidak peduli baik dan buruk, indah atau jelek. Semua itu bergantung pada siapa lawan si tokoh utamanya.

Tuhan hanya ingin manusia berpikir bahwa semesta itu indah. Semesta itu hanya sehelai daun dalam gambaran surga, tapi sayangnya manusia terlalu nyaman dengan segalanya.

Jika mereka menemukan cinta, maka dia lupa pada siapa meminta. Jika dia bertemu dengan rasa sakit, maka Tuhan yang disiniskan. Egois seakan menjadi hal wajar dalam manusia memerankan karakternya. Tanpa pernah mengadah dan menyesali perbuatan.


Aku sendiri sudah kehilangan segalanya. Hingga ketidak mampuanku dalam mengatakan hal-hal menarik yang terjadi dalam hidupku.
Bahkan rehat sejenak, menjadi suatu kesalahan bahwa aku tidak berusaha.

Rasanya aku paham mengapa Tuhan terus memelukku. Mungkin rindunya banyak kuabaikan karena karekterku yang egois dalam hakikat manusia. "Aku ingin jauh lebih bahagia tuhan", kira-kira seperti itu dialogku saat itu.
Maka, dikirimkanlah rasa tenang dan hatiku diluaskan dalam memaknai ikhlas.

Sejak saat itu, tiada pengharapan lagi dalam manusia lainnya. Aku belajar tidak lagi menyalahkan kehendak Tuhan, tapi caraku menjalani hidup jauh penuh keikhlasan.
Maka, saat dimana semua yang datang dan pergi bersamaan. Aku paham, Tuhan sedang merencanakan yang terbaik setelah aku bersikap egois kemarin. Tuhan menunjukan kuasanya bahwa surga abadi tentang sandiwara semesta hanya soal WAKTU.

Komentar

Postingan Populer