Ketika Aku Masih Sendiri
Belakangan aku seakan diberikan kesempatan jeda kemudian merenung tentang diriku sendiri. Aku sendiri memahami kesendirian, meskipun kerap kali aku kesepian. Tapi, bagiku ini suatu hal yang baik. Mengapa? Karena aku semakin banyak memahami tentang makna keluarga dan mencintai tanpa harus menyakiti orang lain.
Pernah aku berada dimana ruang hidupku perlu diisi dengan yang namanya cinta. Aku tak mengelak jika kerap kali aku memiliki sifat berkecil hati ketika berbicara tentang cinta. Bagaimana melihat pasangan yang menurutku sepadan dan saling mencintai. Saling menerima dan mengerti satu sama lain menuju kata sukses dalam hidup dengan cinta.
Tentang makna sukses dengan cinta, kau tahu terkadang aku hanya sok memahami dalam menceritakannya. Bagaimana aku berusaha tidak peduli akan hal itu. Terkadang kita tidak pernah bisa menghalau datang dan perginya seseorang. Tetapi, 'pergi' menjadi hal yang selalu aku takuti setiap saat. Aku tak bisa berbohong jika banyak orang yang juga datang silih berganti menemuiku dipersimpangan jalan hidup ini. Aku tidak keberatan dengan hal itu. Selagi mereka memiliki niat baik dan berprilaku baik tidak melanggar etika serta batas sosial dalam menjalani kehidupannya, aku bisa menyambut mereka dengan baik. Entah, mereka jadi sahabat atau teman yang memperkenalkan dunia baru kepadaku.
Tetapi, saat-saat itulah aku tahu bahwa hidup tentang pencarian hanya sebuah skenario pada akhirnya. Aku tak ingin lagi berkesan dan terkesan untuk orang lain. Aku hanya berpikir bagaimana mereka menerima dan mengenalku dengan baik selama aku hidup dengan dunia yang aku sukai dalam memaknai tujuan hidup. Kalian tahu? Rasanya telah sia-sia lalu hambar? Kadang aku bingung bagaimana aku menutupi kepura-puraan bahwa aku sudah tidak tertarik dengan teori mencintai dan dicintai.
Yang aku yakini itu terlalu rumit. Padahal hidup hanya perlu menerima dan diterimakan?
Kalian mungkin berpikir bahwa aku pernah terlampau kecewa bukan? Mungkin saja jawaban yang tepat hanya sebuah anggukan pala yang diikuti gerakan gelengan sedikit. Aku tak yakin itu kecewa. Karena bagiku, kecewa terlalu dalam maknanya dan aku tidak merasakan hal itu dengan sesungguhnya. Aku kira karena perjalanan ini sudah terlalu panjang jika diceritakan. Seperti tulisan ini tentunya.
Dua kata yang mewakili segalanya aku lelah, dan cukup. Aku mungkin lelah dengan drama-drama yang kerap kali terjadi padaku. Aku lelah untuk percaya pada sesuatu yang belum tuhan takdirkan padaku. Aku pernah melihat bahwa hal terbaik dari satu frekuensi yang aku yakini adalah sejati. Nyatanya hal yang paling aku takuti ketika bersama. Aku tidak bisa menerimanya, masa lalu menjadi bagian terkelam dan terindah yang selalu dirindukannya. Tapi, orang tuaku terkadang masih bertanya tentang frekuensi kita yang tak patut di pertanyakan lagi.
Lalu, aku berjalan menyusuri kesepian yang aku temukan pada akhirnya hanya kepingan dan serpihan kisah-kisah masa lalu yang kerap kali hanya akan membuat segalanya semakin berdarah. Khianat, pergi, dan tangis yang pernah menjadi sejarah. Meskipun perlahan sirna. Tapi, kenang akan selalu membawa aku kesana. Aku membelakangi kali ini. Enggan menoleh. Karena itu hanya bagian dalam sejarah aku dalam mengenal cinta.
Aku menghela nafas kali ini, ini begitu kompleks bagiku. Aku menemukan lagi, masa-masa aku harus memahami skenario ketika aku di percaya sebagai pemeran utama dalam judul ceritaku. Aku, menemukan yang terselip dalam teguran tuhan dalam sujudku. Tidak ada satupun kepercayaan yang bisa digadaikan dengan cinta manusia. Kunci dari pada menyatu adalah sama, kala percaya akan ada tuhan saja beda bagaimana akhir itu bisa menjadi kata satu-Nya.
Silih berganti, aku diberikan cinta begitu hangat. Cinta yang sudah semakin matang dan mantap untukku. Cinta yang datang tanpa diminta, tampak malu namun kuat bermodalkan tulus untukku. Aku percaya itu, matanya tak pernah berbohong. Aku tahu itu, karena mata yang menatap tajam seperti itu pernah kugunakan dahulu. Kala aku menatap seseorang yang kuharap menjadi akhir bagiku. Tapi, sekali lagi. Cinta yang ada tak berpihak padanya. Aku tak merasakan hal itu. Aku tak ingin dia terlalu mencintaiku. Aku tak ingin dia salah paham lagi akan hadirku. Meskipun aku tahu, gerak tubuhnya berbahasa cinta padaku. Aku sedih, mengapa cinta tak berujung pada dia saja yang tulus. Tapi, kehendak lagi-lagi berkata sudah cukup. Setidaknya aku tidak ingin menyakiti kala cinta itu tidak berlabu untukmu.
Semilir angin membawa ingatakanku pada bahasa kalbu yang membawaku senyum tanpa sadar itu hadir. Teringat juga sepenggal kisah tentang cinta tanpa restu itu pernah ada. Cinta yang inginkan perjuangan hingga akhir. Membuat aku juga menemukan kata menyerah dan ikhlas membawa kita menuju jalan masing-masing. Lalu, ada sesuatu yang aneh menyapaku, tentang seseorang yang selalu diam dan membuatku selalu diposisi disalahkan ketika datang dan perginya menjadi alasan. Aku kerap kali merasa bersalah, tapi belakangan aku rasa benar bahwa aku harus lari dari belenggunya. Perkataannya hanya omong kosong diam-diam dia justru menyatakan cinta pada kawanku. Aneh bukan? Aku tak ambil pusing dari kisah-kisah singkat yang membuat dewasa meningkat.
Sekarang, aku menoleh kedepan. Kau tahu, aku dibuat bingung kepayang. Lagi-lagi masa depan seakan menuntutku menjadi yang sempurna. Katanya bisa jadi sempurna itu yang akan memudahkan aku dalam segala hal? Aku tak yakin itu. Aku tak membutuhkan sesuatu yang mewah ada dihadapanku, aku tak butuh bukti yang berlebihan, dan aku tak butuh ucapan manis di duniaku yang pahit. Menjadi realistislah dalam mencintaiku kelak. Jika saja siapapun yang mencintaiku datanglah... Jangan mempertanyakan kesempurnaanku. Karena aku tak memiliki itu. Aku akan cerita tentang kecacatanku dan hidupku agar kau mengerti, aku bukan yang sempurna untuk kau datangi. Tapi, mungkin kita bisa menciptakan kesempurnaan dengan versi kita. Saat bersama. Meskipun itu bukan dari suatu hal yang diputuskan oleh kita, tapi kembali pada kehendak-Nya.
Hal-hal yang perlu kau tau, aku hanya membutuhkan seseorang yang membantuku dan selalu disampingku dalam menjalani hidup sampai nanti aku menutup mata. Kau tahu, impianku hanya satu. Bagaimana nanti kita saling berbagi dengan semua orang yang membutuhkan peran dan penghasilan kita bersama. Jika kita bisa dan kelak tuhan membetulkan skenarionya. Kemarilah, ayo kita bertemu membicarakan masa depan bersama. Kita tak selamanya di dunia, mungkin kelak doa mereka yang mempersatukan kita di surga.
Begitu banyak waktu untuk jeda ini, aku jadi teringat kembali. Pembicaraanku dengan kakak. Bagaimana dia menceritakan bahwa menyatu adalah tentang 'ibadah kepada tuhan'. Bukan hal yang selalu kau damba akan selalu menjadi milikmu, tetapi pantaskan diri dalam beribah. Maka, yang pantas dan sepadan akan selalu datang tanpa di minta. Bolehkah kurharap itu adalah dia yang baik? Boleh saja. Tetapi, pantaskan dirimu dahulu selanjutnya keputusan tuhanlah yang akan mempertemukan nantinya. Bagaimana jika aku menemukan yang buruk? Kakakku selalu berkata bahwa ketika kita menemukan seseorang yang salah itu tandanya akan semakin dekat langkah yang baik. Jika dia masih buruk di matamu, itu artinya tuhan ingin kau membantu dalam merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sudahlah itu hanya sebuah cerita dari lamunanku. Lalu dan yang akan datang. Cinta siap menyapaku dengan hal yang aku inginkan secara sungguh. Tulus akan selalu datang dengan kehendak tuhan untukku.
Kuharap itu benar jawaban dari segala doaku. Semoga kita bertemu di tujuan hidup hingga kita benar-benar disatukan.
Komentar
Posting Komentar