Deep Talk Soal Mendidik Bersama Mamah
Mau cerita dan sharing sama semua pembaca blogku. Beberapa waktu lalu aku punya waktu santai berbicara mendalam sama mamah tentang masa depan.
Aku berpikir rasanya menjadi seorang dewasa itu hal yang lebih menyeramkan, tetapi nyatanya gak juga dibandingkan kelak menjadi orang tua terutama seorang ibu. Bukan hanya pra-kelahiran aja, menjadi orang tua yang paling menyeramkan ya pasca melahirkan.
Waktu-waktu itu terlalu berat. Aku memulai cerita diawali pertanyaan "mah, aku takut menjadi orang tua. Aku sadar sudah bukan anak kecil yang ga ada beban, tetapi hal-hal menakutkan tentang hidup dan menjadi orang tua selalu aja jadi hal yang ngebuat ga berani. Apalagi menciptakan anak dengan masa depan yang baik, pandangan dan prilaku yang baik".
Aku bertanya dengan mamah lagi, sebenarnya dalam hidup "apa yang paling utama sebagai pondasi kehidupan seorang anak?" aku melanjutkan cerita tentang beberapa orang yang aku kenal, hidupnya jauh dari kewajaran.
Dari berbagai persoalan anak atau orang dewasa saat ini yang aku kenal semua bermula dari orang tuanya. Aku tertegun, tapi itu salah satu kepahitan dalam hidup yang harus ditanggung. Bahkan diawalnya itu adalah tanggung jawab dari seorang tua tapi ketika ada kesalahan dari orang tua menjadi beban dan tanggung jawab anak sendiri. Hingga pada akhirnya tidak ada satupun kompas kehidupan yang bisa menjadi acuan anak dalam menjalankan hidupnya.
Bukankah ini hal yang salah? Bagaimana menjadi orang tua yang selalu benar? Aku menuntut jawaban dari berbagai pertanyaan yang selalu berkecamuk di pikiranku.
Mamah bercerita bahwa yang utama adalah agama. Aku paham bahwa kepercayaan terhadap tuhanlah yang menjadi koridor kehidupan bagi setiap orang.
Aku tertegun mendengar mamah, sambil mengingat masa kecilku.
"Mamah, menanamkan yang utama adalah agama, sebenernya sih itu emang udah biasa. Tapi, mamah ga otoriter sama kamu, kaka dan aakan. Mamah harus mencontohkan kepada anak-anak mamah dulu. Dengan mamah solat, ngaji, dan kaitannya sama agama. Kamu pernah ga merasa di paksa dalam ibadah. Kaya harus solat de, ngaji de? Gak kan. Karena mamah memberikan contoh sama kalian pas kalian besar pada akhirnya hati tergerak sendirikan. Gak perlu marah-marah tapi anak mamah bisa ngerti semua. Dan... Satu lagi, mamah ga pernah ngajarin kamu ngaji tapi justru orang lain yang sengaja mamah kasih kepercayaan buat ngajarin ke kalian. Kenapa? Karena biar rasa tanggung jawabnya lebih besar terhadap belajar Al-quran". Ucap mamah tentang filosofinya dalam membesarkan anak-anaknya.
Aku bercerita lagi dengan mamah bahwa aku bersyukur memiliki bapak yang hebat. Bapak yang membimbingku di dunia sosial kehidupanku. Bapak kebanggaan aku, selalu menjadi pemimpin dalam hidup ku, keluarga, dan masyarakat. Mamah lagi-lagi bercerita.
"Dari dulu, mamah dan bapak kalau ada tamu ataupun temen bapak, siapapun yang dateng kerumah selalu dikenalin ke anak-anak. Kenapa? Biar kamu ga pernah takut bertemu dengan siapapun. Agar kamu ga jadi pemalu dalam interaksi sama siapapun".
Aku kembali bertanya bagaimana mengendalikan diri. Aku takut jika suatu saat aku tidak pernah bisa menjadi orang tua yang membentuk pribadi anak dengan baik dan beretika. Bagaimana mengajarkan batas pergaulan dan anakku paham betul mana yang benar dan salah, ketika panggilan "ibu" disematkan untukku. Aku terus mengerutkan dahi sambil berucap "aku takut".
Mamah bercerita selalu dari pandangannya tentang pentingnya agama. Mamah percaya bahwa kalau kita bisa memberikan bonding yang baik dan pondasi agama kuat semua itu tak pernah terjadi.
Sebagai penutup pembicaraanku mamah sebenarnya sering mengucapkan seperti ini.
Hal-hal yang terjadi dalam hidup terutama kaitannya dengan anak. Bukan, seluruhnya kesalahan pribadi anak. Tetapi keluarga dan orang tua.
"Ingat ya, bahwa semua orang tua belum tentu bisa menjadi orang tua".
Maknanya, tidak semua orang yang melahirkan dan membesarkan seorang anak bisa mendidik anaknya dengan baik. Terkadang orang tua yang begitu egois mampu menghancurkan kehidupan anaknya karena tidak bisa menempatkan dirinya sebagai orang tua.
Begitulah sekiranya pembicaraanku dengan mamah. Mamahku sayang, semoga kau dan bapak selalu diberikan kesehatan dan panjang umur. I love u.
Komentar
Posting Komentar