New Capture

Penghujung tahun,

Cerita di tahun ini genre apa yang bisa aku sematkan dengan baik?

"Kamu sudah melewatinya!"
 
Yah... Mungkin hanya itu yang bisa aku jadikan kalimat akhir untuk tahun ini.

Tahun yang dimana, aku sebagai pemeran utama masih tetap dalam kehidupan rata-rata orang pada umumnya. 

"Berhasil dan bertemu kegagalan"

Hal itu wajar bukan? Yah... Harusnya seperti itukan?

Tahun ini menjadi saksi bahwa, ya aku merasa luar biasa dan cukup bangga dalam pendidikanku yang akhirnya bertemu juga dengan makna "selesai". 

Meskipun ada tawaran untuk melanjutkan ketahap berikutnya, tapi sejujurnya aku sudah menemukan lelahku untuk itu. Mungkin beberapa tahun kedepan itu bisa aku pertimbangkan kembali. Setidaknya itu yang paling diharapkan oleh pembimbingku.

Oke, cukup senang di pendidikan yang selesai. Tapi, perjalanan hidup tidak hanya berhenti disitu. Setiap hari ada sesuatu yang terjadi. Pertemuan dan perpisahan juga menjadi suatu hal yang sangat lazim di tahun-tahun ini.

Entahlah bagaimana soal hati kecil ini, yang jelas aku kehabisan tenaga untuk beberapa hal seperti berpikir soal "hati". Banyak hal yang harus terelakan tahun ini.
Salah satunya kenangan dan harapan.

Awal tahun menjadi hal yang luar biasa aku banggakan. Bertemu dengan pria yang menjadikan aku yakin bahwa 'aku mampu mengalahkan egoku demi dia'. Seseorang yang masih selalu aku ceritakan sebagai cinta pertamaku. Kenyataan hal itu terjadi padaku.

Nyatanya setiap manusia bertemu 'cinta pertama' terjadi dalam dua kali di kehidupannya.
Cinta pertama 'masa remaja' dan cinta pertama 'masa dewasa'. Jika cinta masa remaja hanyalah sebagai angan semu sebagai pengenalan cinta pada manusia, dan beda cerita dengan cinta pertama masa dewasa. Dia adalah seseorang yang membuatmu yakin tidak ada yang lain dan kau inginkan untuk menjadi pasangan seumur hidup.

Itu telah terlewati, namun tidak semulus jalan yang kuharap dua tahun aku akan bersamanya. Entahlah siapa yang antagonis menurut cerita kami, yang jelas aku pernah setulus itu dengannya. Aku yang paling acuh, bahkan mengutarakan 'aku ingin hidup susah bersamamu, apapun yang terjadi kedepannya' dan ternyata itu tidak pernah dia pahami sampai akhirnya dia hilang. Paksaku dalam perih adalah soal berpisah adalah jalan terbaik untukku.

Segala sulit yang dia miliki, cerita yang penuh kesedihan tentangnya. Menjadi alasan bahwa aku ingin selalu bersamanya. Meskipun saat itu masih awal tahun. Aku masih ingat genggamannya cukup rapuh, aku mencoba menguatkan dan menjadi rumah. Tapi, baginya... Kenyamanan bukan soal rumah. Dalam cerita kami, aku mulai menyadari bahwa cerita lalunya dengan sebuah taman justru hal yang dia rindukan. Itu bukan aku.

Aku yang begitu serius dengan segala ucapanku untuk hidupnya, situasi rumit yang aku alami masih belum cukup meyakinkannya. Dan berpisah pada awal tahun, akan menjadi cerita di tahun ini. Hingga akhirnya aku begitu setia memahami semudah itu manusia mencintai dan berubah tanpa alasan. Nyatanya dia kini telah bertemu bahagianya dibandingkan aku. Tuhan mengabulkan doaku untuk langkah kehidupannya meskipun aku bukan lagi tokoh utama dalam ceritanya. 


Beberapa bulan berlalu, beberapa orang datang menawarkan kebaikannya. Meskipun aku masih begitu dingin. Mereka berjuang untukku. Menangis, meminta kesempatan dan melemah untuk mempertahankan yang tidak aku pahami. Segalanya membuatku muak dengan segala hal soal "rasa yang lebih baik disingkirkan". Memaklumi, berjuang, berubah dan berpisah lagi. Akupun bertekat selalu menghindar dan menyingkir... "Aku belum sembuh". Tapi, kadang hidup butuh kepaksaan untuk benar-benar pulih, jiwaku cukup berani dan akhirnya itu gagal lagi. "Aku butuh diriku, menepi".

Tahun ini juga, terhitung delapan tahun berlalu...
Untuk pertama kalinya seseorang yang kuharap menyadari keberadaanku di dunia ini. Bahasa kalbu, yang aku sematkan pada dirinya... Dia berbincang sekilas tentang hidupnya. Aku agak beruntung, meskipun itu telah lewat beberapa tahun. Aku menghargainya yang berkomunikasi denganku. Tahun yang paling tidak dapat kusangka. Tapi yang paling menyedihkan, adalah kenyataan bahwa pembicaraanku dengan sosoknya selalu tentang "hai" dan "goodbye". 
Dia selalu menemui ku di titik terendahnya, tapi siapa yang percaya bahwa senyumnya palsu tentang kebahagiaan di dunianya selama ini? Hanya akukan?

Ini buruk... Sebagai penutup tahun. 
Aku hanya menyalakan pendingin ruang kamarku, mengangkat selimutku, dan kubiarkan perlahan mataku terpejam. Menulis beberapa kesan tentang tahun ini dan harapan besarku tentang "hidup dan cita-cita yang jelas untukku di tahun berikutnya".

Ohh ya... Tidak lupa aku melihat sekilas info tentang sosok yang aku kagumi akhir-akhir ini. Sayangnya, kali ini cintaku sepertinya tidak berbalas. Tapi, siapa peduli? Pengaguman hanya subjektivitas yang memang tuhan kodratkan bagi manusia bukan?

Sekali lagi selamat tahun baru.

Tidak lupa sebelum tidur aku berdoa, siapapun yang menjadi belahan jiwaku dimasa mendatang. Di malam tahun baru ini, jaga diri baik-baik dimanapun kamu berada, jangan pernah terbangun dengan seorang wanita disampingmu selain aku disepanjang jalan kehidupanmu. Apalagi sesuatu yang didasari atas ketidak sadaran diri, dan terhanyut dalam suasana. 

Dimanapun kamu berada. Jaga diri baik-baik, akupun demikian. Aku selalu mencoba yang terbaik dalam hidupku sebelum bertemu denganmu, hal ini aku lakukan agar  kelak...aku bisa menjadi seseorang yang kamu banggakan disepanjang jalan kehidupanmu, tanpa lagi mengenal kecewa.  


Jadi, selamat tahun baru ya... 

Ngomong-ngomong, perkenalkan aku adalah masa depan dari belahan jiwamu.




Komentar

Postingan Populer