Bertukar Cerita Eps. 2
Banyak pertemuan.
Banyak pujian.
Banyak belajar.
Banyak hal yang membuatku hancur sendiri.
Aku tidak sepercaya diri itu setelah mengalami berbagai pembicaraan panjang dengan orang-orang asing yang aku temui.
Kerap kali mereka berbaik hati membuka pembicaraan denganku. Hingga kemudian mereka seakan tidak mengenalku setelahnya.
Hingga aku berpikir "apa salahku? Apakah aku membosankan dan terlalu cerewat dalam bercerita pada mereka?"
Semua menghancurkan mentalku seketika.
Aku pernah begitu nyaman berkomunikasi dengan seseorang. Aku menyukai cara mereka berbicara kepadaku. Bagaimana sambutnya dan semangatnya mereka dalam pembicaraan denganku, namun keesokan harinya aku merasa berkecil hati. Setelah mereka seakan tidak tertarik lagi dengan pembicaraan berikutnya.
Aku dibuat penasaran. Hingga akhirnya aku mencoba lagi pembicaraan dengan orang lain. Dialah yang memberikan pengertian tentang permasalahan yang kemungkinan terjadi padaku, "mungkin mereka bersikap seperti itu karena masalahnya diri kita terkadang tidak sesuai dengan ekspekstasi mereka" begitu dia menjelaskan kepadaku. Dia berkata itu bukan kesalahanku, tapi masalahnya adalah pada ekspektasi mereka sendiri. Aku tidak boleh menyalahkan diriku, semua hal tidak bisa kita kendalikan selain diri kita sendiri. Pesan yang menyadarkanku bahwa aku bukan penyebabnya. Diriku kembali di tolong oleh orang lain ketika hancur.
Sosoknya yang seperti kaka, membuat aku sadar "tuhan, selalu menempatkan posisi tersulit ketika aku mengenal orang baru di hidupku". Aku agak tidak sedikit paham mengapa yang peduli bukan dia yang aku harapkan? Tapi, aku menyukai komunikasi dengannya.
Jika saja hidup ini bisa kuatur sendiri, aku selalu terpikir seperti itu. Aku lemah dalam menjelaskan. Bagaimana kondisiku, bagaimana perasaan kekasihku? Bukankah itu hal yang berat dan sulit aku jelaskan. Meskipun aku menyukai bagaimana kami saling berkomunikasi.
Jikalau aku boleh jujur, aku begitu tertarik dengan caranya berkomunikasi. Meskipun tidak akan ada kemungkinan komunikasi itu lebih menjadi perasaan tertarik, tapi percayalah. Dia orang yang membuatku senang kembali ketika berkomunikasi, saling memahami tentang sikapku. Tidak pernah lelah adalah cara yang sebelumnya dia lakukan untuk kita terus mengenal satu sama lain.
Saat inilah, titik terberatku. Aku tidak bisa menjelaskan kondisiku yang sesungguhnya. Bahwa banyak hal yang terjadi, bahkan aku pun harus berkorban untuk hal-hal yang aku pikir dapat menghancurkan apa yang menjadi usahaku.
Aku percaya...
Bahwa mereka, terutama dia adalah orang yang baik. Seseorang yang pernah membangkitkan aku kembali dalam berkomunikasi dan ingin mengenal hal-hal baru. Tiada kata yang bisa aku ungkapkan lagi selain terima kasih karena telah mengajarkanku untuk lebih menjadi pribadi yang jujur dalam berkomunikasi.
Sehatlah disana, semoga lancar segala hari dan pekerjaan yang dilalui. Maaf jika sejatinya aku manusia yang lalai dalam lisanku selama ini. Sikapku yang tak bijak dalam menjelaskan adalah kelemahanku sebagai manusia.
Tetaplah menjadi pribadi yang menyenangkan dan penuh gelak tawa. Aku begitu yakin, tuhan telah menjanjikan kamu pendamping yang luar biasa kelak. Kesepadanan yang maknanyapun kerap kabur dimataku apabila berbicara hati. Jangan berubah. Bukan hanya aku tapi semua orang akan menyukai pribadimu yang terus membumi. Meskipun aku memahami hidupmu adalah hal luar biasa yang selalu ingin tiap orang cicipi.
Komentar
Posting Komentar