Kesimpulan Untuk Pergi
Musik
mulai memainkan rasaku, liriknya telah mengusik hati yang tengah berbahana
menerjemahkan tilikan yang termatikan oleh waktu. Pengaguman yang agung ku
pikir telah memilihmu untuk disisiku. Namun, inilah nyata yang selalu
menyakitimu. Kita yang tak lagi sama. Aku yang tak ingin lagi bersama.
Genggaman yang dahulu begitu aku dambakan perlahan hanya keinginan semuku dipenghujung senja. Aku tak pernah tau kapan hatiku perlahan telah berusaha menghentikan segalanya. Seringaiku perlahan hilang dengan angin yang selalu berbisik bahwa aku hanya harus menghentikan segalanya.
Mungkinkah
karena hatimu yang sudah mulai terasa berbeda? sebab anak dara yang mencintaimu
masih menunggu kau pulang? Atau aku yang berusaha kabur darimu? Aku tak paham. Aku
tak ingin menyalahkan waktu yang tak pernah bisa mengembalikan kehangatan yang terasa
hanya diawal.
Ada
sesuatu yang aku ketahui tentang kita, ketika kita duduk dipenghujung senja
dengan menatap langit bersama. Tiba-tiba kau menyukai senja. Kau yang biasanya begitu
acuh dengan jagat, tiba-tiba menyukai semesta ketika aku terduduk disampingmu. Mungkinkah
ini yang disebut “cinta dapat merubahmu menjadi pujangga liar?” Menciptakan puisi
dengan ribuan untaian kata romantis hanya untuk membuat bidadarinya tersenyum
dengan pipi yang merona?
Aku terbahak-bahak ketika kau menjanjikanku
tentang perlindungan yang akan kau siapkan untukku, namun lagi-lagi kau, tak
pernah memahami tawaku. Bahwa aku sedang dirundung ketakutan sebab pilihanku
untuk memenangkan waktu yang telah dilewati bersama. Kau tak pernah tau banyak kekecewaanku,
pada setiap orang yang berani menuduhku dengan spekulasi semu nya. Mereka hanya
berbisik dibelakangku, mereka membenciku dengan alasan “kita telah berani untuk
bersatu”. Kau tak pernah dapat melindungiku, bahkan dari rasa kecewaku
sekalipun. Namun, kau berbicara omong kosong untuk terus melindungiku? Lucu benar
pikirku.
Waktu
terus bergulir, jenuhku tak terbendung lagi. Kita yang tak lagi sama, dan kau
yang terus terbujuk pulang kerumah yang sebenarnya kau butuhkan dibandingkan
aku. Gadis belia yang sedang menikmati liburan, yang sedang menjelajahi semesta.
Mungkin benar kata mereka kau tak seharusnya denganku, maka kubiarkan kau
pulang kerumahmu. Sebab ada yang menunggumu dengan ketulusan kasih yang tak
perlu kau ragukan lagi dibandingkan rasaku yang telah tak bisa kau selamatkan
lagi. Sebab, aku yang tak bisa lagi menjadi apa yang kau harapkan.

Terjaga
aku selama ini. Dalam malam yang selalu membuatku tak pernah dapat memejamkan
mata kala purnama sedang menunjukan betapa indahnya dirinya. Tiba-tiba aku
mengingatmu, jalinan ini tak seharusnya selalu dipaksa lagi. Biarlah menemukan
akhir dengan ucapan kata pisah untuk menjadi kenangan dihati kau dan aku. Kenangan
tentangmu masih nyata didalam jiwaku, namun tak pernah menjadi sesuatu yang
ingin kuingat. Kau hanyalah kau. Aku hanyalah aku. Kita yang beda, yang selalu
kusimpulkan bahawa kita tak bisa lagi bersama. Masa yang telah berlalu. Meskipun
langkah kakimu diam-diam masih mengikutiku. Aku paham kepergianku bukanlah
kerelaan yang sempat kau ucapkan padaku terakhir kali.
Komentar
Posting Komentar