Titik Tempuh

Hari pahlawan.
Hari bersejarah dalam hidupku juga tahun ini.
Luar biasa rasanya, perjuangan empat tahun yang penuh cerita itu akhirnya berakhir memuaskan.
Happy ending buat aku, ketika semuanya yang dikerjakan tidak berakhir sia-sia.


Aku berpikir bahwa doa dan usaha adalah kunci selama ini.
Hari ini aku dapat kategori mahasiswa berprestasi sebagai lulusan terbaik di Universitasku dalam wisuda ke-73 untuk program studiku. Ini merupakan impian sejak dulu. Aku terinspirasi oleh salah satu dosenku yang memang juga lulusan terbaik.

Aku melakukan berbagai kegiatan demi predikat itu, mengikuti tips dari Dian Sastro juga sebagai mahasiswa yang bisa lulusan terbaik di kampus dan endingnya bener aja. Tips itu berjalan mulus. 
Hingga akhirnya aku dapat predikat itu. Seneng dan agak lega.. setidaknya bisa banggain orang tuaku.

Awal masuk sebagai mahasiswa disana.. Hmm...
Suatu momentum yang kurang menyenangkan. Dulu belum menggunakan sistem komputerisasi. Setiap anak dipanggil satu persatu buat ambil kertas nomor ujian masuk kampus. Aku yang bodoh dan takut terlewat berangkat dari jam setengah 7 (belum sarapan) pulang sekitar jam 8 malam (tanpa makan apapun) dan minum hanya sebotol itupun karena bawa dari rumah.

Note: kenapa lama banget cuma mau ambil nomor?
Karena, saat itu ratusan atau bahkan hampir seribu orang ada disitu.

Secara saat itu takut bahwa nomor kartuku kelewat dipanggil dan nunggu lama lagi. So, aku nunggu tanpa ada seorangpun yang aku kenal disana. Aku ingat juga ada seseorang yang keberatan aku ingin meminjam pengisi daya ponsel. Iya.. jadi ponsel aku mati, aku ingin mengabari mamah atau bapak, tapi karena gawaiku mati jadi tidak bisa. Pun, seseorang dengan rambut ikal diikat itu tidak ingin dipinjam dengan alasan masih sedikit batrenya. 

Sudahlah mamahku panik, sampai rumah aku jam 10 malam. Aku pulang naik ojek, sudah tidak ada angkutan buat pulang kerumah. Ah, asal ingat itu hatiku sakit. Akupun sedikit menyesali bahwa aku tidak ada SIM saat itu, jadi pagi harinya aku diantar oleh bapak. Saat itu, karena angkot dari depan kampus penuh terus. Lalu, aku berusaha memesan ojek online yang beroperasi saat itu. Aku bertanya bolehkah mengantar tanpa aplikasi saat itu, mereka mau saja tapi harga yang ditawarkan berlipat. Aku pikir, lebih baik aku menunggu angkot saja lalu akan naik ojek tradisional saat sudah dekat rumah.
Tapi, akhirnya aku sampai dirumah sekitar jam 10. Mamah panik dan menelpon bapak takut aku hilang hehehe..

Sampai rumah aku ceritakan segalanya sambil menangis. Aku bilang aku lapar, kepanasan dll. Kabar buruknya aku tidak mendapatkan juga nomor ujian masuk kampus itu. Dan.. disuruh mengambil besok paginya di gedung kampus lainnya.
Aku tahu bapak selalu support hal-hal seperti itu. Dan.. pagi itu aku diantar mamah dan bapak hanya untuk mengambil nomor ujian itu. Rasanya aku benar-benar tidak enak. Lagi-lagi merepotkan hal yang masih bisa aku lakukan. Hanya kekhawatiran orang tua lebih besar dari pada pikiranku mungkin.
Dan... Akhirnya aku mendapatkan kartu ujian itu... Beberapa kemudian ikut ujian masuk dan lulus.

Empat tahun aku berjuang, dari mulai organisasi pers mahasiswa sampai akhirnya BEM universitas. Pers mahasiswa langkah pertama aku belajar segala hal, menemukan kakak yang menjadi panutanku. Hingga, akhirnya sahabatku terpilih menjadi ketua BEM universitas dan aku diajak untuk membantunya disana. Meskipun banyak gejolak batin disana karena harus meninggalkan pers mahasiswa yang mendidikku saat itu, tetapi kesadaranku aku harus berpura-pura tidak mendengarkan suara sumbang tentang diriku yang tidak pantas berada disana.

Tetapi, aku belajar banyak disana.. soal makna keluarga, persahabatan, perselisihan, dan argumentasi. Semua itu menjadi bagian cerita terbaik bagiku. Aku menyukai hal itu.. seperti membangun sejarah sendiri untuk menutup masa pendidikanku.
Meskipun sebenarnya aku sampai kena peringatan oleh orang tuaku, terutama bapak karena selalu pulang malam. Ditambah lagi aku yang dianggap lalai dalam mengatur waktu pendidikan karena sempat beberapa kali aku telat masuk kelas. 
Huftttt rasanya aku merindukan hal itu semua.

Semua yang kulalui dengan sahabat dikelas juga baik-baik saja. Namun, aku tidak seintens aku di organisasi. Mereka hanya mengenal Elisa dengan kesibukannya. Sahabatku hanya bisa dihitung dengan satu tangan saja jumlahnya. Tidak banyak yang bertahan menjadi sahabatku, aku dianggap keras, mudah marah, dan perfeksionis kadang itu yang memberatkan mereka. Hingga akhirnya hilang berganti, silih berganti. Padahal jika pembenaran ku hanya satu.. aku ingin mereka maju dan belajar bersamaku. Apa yanga ku pelajari tentang mahasiswa dengan pikirannya yang aku dapat di organisasi, tetapi itu salah.
Jika sudah begitu, aku hanya ingin berkata dengan prinsip ku. "Aku sudah mencoba yang terbaik agar tidak maju sendiri, tetapi berprestasi bersama-sama. Jika itu salah, aku minta maaf.. tetapi percayalah aku berusaha agar tidak dianggap paling menonjolkan diri". 

Mungkin tidak semua mengerti maksudku saat itu. Perselisihan akhirnya terjadi. Aku tidak peduli, karena sejujurnya aku pun punya hak untuk membela diriku sendiri ketika disudutkan. Aku melupakan segalanya. Dann... Sampai hari ini akhirnya doa aku terjabah luar biasa oleh Tuhan (Allah) bisa menjadi salah satu mahasiswa berprestasi.

Aku ingin mengabadikan pesan melalui WhatsApp ini. Pesan ini aku persembahkan untuk dosen-dosenku tercinta dan terkasih. 
Semoga kita semua panjang umur sehat selalu dan dimudahkan rejekinya. 
Aamiin ya robbalalamin..

Terima kasih pak Irwan, Bu Ira, dan pastinya pak Bambang yang selalu menjadi panutanku.
Aku sadar dititik ini seperti kado setelah segala yang dilalui olehku.


Komentar

Postingan Populer