Kawan Lama
Saat ini aku terjebak dalam hujan.
Aku duduk didalam mobil dengan memperhatikan beberapa kendaraan yang berbaris didepan dan samping karena arus jalan yang begitu padat.
Perlahan setetes air hujan menggambarmu lagi dan waktu-waktu aku menemuimu.
Pikiranku juga ikut melayang, tentang mimpiku semalam.
Kau tau, tanpa izinku kau menemuiku didalam mimpi malamku.
Aku begitu bingung. Bagaimana cara aku mengundangmu datang dalam tak sadarku?
Tapi, sejujurnya aku berterima kasih bahwa kau hadir dan menjabat tanganku.
Kau kawan lamaku.
Ngomong-ngomong aku merindukanmu.
Aku paham bahwa kau adalah satu dari sejarah dalam hidupku. Aku begitu mendamba sosokmu dulu. Kau satu dari hal-hal istimewa dalam mimpi remajaku.
Bahkan aku masih tersenyum bagaimana waktu sulit mengagumi itu menjadi pilihan hidupku kala itu.
Entahlah, bagaimana aku menyalahkan diriku sendiri sejak saat aku memutuskan untuk mencintaimu. Kala aku paham bahwa gadis itu menjadi kekasihmu. Meskipun aku paham bahwa cinta mudah berubah, aku tak berpikir bahwa kau akan terus berpasrah dihadapannya.
Kau tahu?
Mimpi-mimpi remajaku begitu penuh rasa cemburu setelah dia ada. Aku bukan apa yang didamba, tetapi aku tahu dimana kau berada. Setidaknya cinta masa muda itu membawaku pada makna "tak mudah untuk layu untukmu".
Kupikir pertemuan tiap pagi itu menjadi janji bahwa hariku akan menjadi kenangan indah bersamamu.
Begitu banyak temanku yang memaki tentang kau yang begitu konyol dihadapan mereka. Anehnya, aku menyukai itu. Mereka bilang kau tampak kekanakan, tetapi kesederhanaanmu membuat kau pantas dikagumi olehku. Adanya makna cinta tak akan mudah berhenti dan berganti tampak mengenang sosokmu kala itu.
Kau tau hal yang paling membuatku begitu rapuh kala itu?
Ketika aku menyadari hari dimana kau menatapku untuk pertama kalinya.
Setelah sekian lama cinta itu kusimpan padamu. Saat aku tahu bahwa dia juga masih menggenggam tanganmu begitu erat.
Itu juga menjadi hari dimana aku tidak paham bahwa perpisahan itu juga perlahan untuk kita.
Aku melihat mata itu, ada bahagia yang canggung untukku. Aku bertanya, mungkinkah kau meminta tolong padaku? Untuk hilang dari hadapanmu? Atau memintaku untuk menetap sejenak disana?
Sekali lagi aku tak paham. Aku ingin menepis pikiranku tentangmu yang menyuruhku untuk tidak peduli padamu. Aku tahu saat itu adalah masa tersulit untuk kita kala remaja itu menjadi kenangan emas, setidaknya bagiku.
Sejak aku pahami diriku yang tak seharusnya jatuh untukmu. Aku terus tampak bodoh.
Terlalu banyak hari-hari istimewamu untuknya. Dan mataku hanya tertuju pada kenangan kalian. Mataku menjadi saksi kenangan kisah cinta kalian.
Tak apa karena sejak dulu, prinsip cinta tidak harus berbalas.
Aku berpikir bahwa malam di kota Bandung menjadi alasan kesalahpahamanku untukmu. Kau tampak menjadi seseorang yang pantas untuk dikagumi. Bahagia canggung itu menjadikan aku tampak merindukan sosokmu yang hangat. Padahal aku tengah bersiap hancur dengan kenyataan. Waktu kita bertemu akan menemukan pisah, dan aku lihat siapa gadis disampingmu itu? Aku kalah telak. Lagi-lagi prinsip cinta yang membuatku paham bahwa mengagumi tidak harus memilikikan?
Tapi, waktu telah mendewasakan aku.
Ku lepas bayang-bayang itu. Tentang cinta dan pengaguman yang semu. Aku menjadi lebih kuat dari apa yang aku pikirkan.
Dan.. kupikir kau tak akan pernah ada lagi datang untukku. Lalu... mengapa kau datang dalam mimpiku semalam?
Siapa yang rindu?
Aku teringat?
Atau kau yang merindu teramat?
Semoga kau baik-baik saja.
Komentar
Posting Komentar